Monday, May 15, 2006



SELAMAT DATANG, FRATER!

"Selamat datang, Frater!"
Kalo denger sapaan ini, aku jadi ingat kejadian 15 tahun yang lalu persisnya aku ngga nyatet. Suatu ketika, dalam suatu acara aksi panggilan yang digelar gede-gedean oleh Dewan Paroki dengan inspiratornya Rm. F. Kuswardianto (dulu masih frater diakon), aku terlibat praktis kegiatan melelahkan ini di mana frater diakon ini mengundang puluhan konggregasi dan ordo dari seluruh Indonesia dari Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan wis ngga tahu lagi dari mana aja. Mereka kumpul di Paroki Cijantung dan selanjutnya home stay di rumah-rumah warga yang telah ditunjuk.

Aksi panggilan ini memang terasa amat menggigit. Terbukti respon umat begitu antusias dan menanggapi amat positif dalam menjaring calon-calon klerus di antara anak-anak mereka. Malah ada juga beberapa suster yang amat mendukung suatu keluarga jika anak perempuan mereka mau masuk ordo-nya dengan menitipkan nomor telepon yang bisa dihubungi. Harap maklum, gaya-gaya KKN masih melekat saat itu.

Aku dan beberapa teman ke bagian tugas mengantar para valunteer ini ke tempat home stay-nya di beberapa alamat yang ditunjuk sekaligus memantau kegiatan mereka di lingkungan. Setidaknya ada 30an valunteer yang datang dalam aksi panggilan itu.

Ketika aku mau mengantar seorang frater OSC Bandung ke salah satu rumah warga, aku sempat kebingungan karena alamat yang ngga jelas. Aku mondar-mandir dengan scooter-ku dijalan yang itu-itu juga bersama frater ini hampir 1 jam lamanya. Trus, karena frustasi, aku bilang... "kita tanya sekali lagi ya Frat, kalo ngga ketemu juga, kita pulang aja ke pastoran dulu"
Entah apakah ini suatu gertakan atau cuma kebetulan saja, setelah ngomong begitu, tiba-tiba ada seorang warga paroki yang aku pernah lihat sebelumnya di gereja. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung tanya aja :"... Mas, tahu rumah Pak ketua Lingkungan X ngga..?"

Mungkin karena ngga siap dengan pertanyaan dan kokh langsung menanyakan sebutan ketua lingkungan segala, dia agak gugup :".. Ooo ini anu yach.. frater yang mau nginap di lingkungan kami? Ayo frat, saya antar..!"

Kami berdua diantarnya ke rumah yang dimaksud. Dan ternyata di sana sudah banyak warga yang menunggu. Lalu kami disambut bak menyambut raja kecil.

"Mari masuk, frater..! Wah.. nyasar yach!"
"Lumayan mondar-mandir 1 jam, Pak?" jawabku
"Ya.. maafkan kami karena tidak ada yang jemput frater di pastoran." selahnya lagi.
"Ngga apa-apa, Pak", jawab frater yang kuantar.
"Perkenalkan, saya ketua lingkungan di sini. Frater nanti malam tidur di rumah saya. Aman kokh," kata Pak Ketua Lingkungan.
"Ya..baik, Pak! Oh... saya Danny dari Bandung" sapa frater Danny
"Saya Binoceng... dari Solo," aku ikutan memperkenalkan diri dengan gaya-gaya kaum frateran. Dasarnya aku memang sukanya nyleneh juga kalo udah kadung akrab sama orang lain.
"O...Bandung berarti OSC yach..." tebak sang Ketua Lingkungan. "Kalo dari Solo apa Frat..?" tanyanya kepadaku.
Glek, aku cuma tersipu-sipu. Gila ini orang ngga bisa diajak bercanda. Ya udah aku bikin runyam sekalian dech. Itung-itung bales dendam karena cariin alamatnya. "..OMC...," jawabku
"..OMC...apa itu?
"..Ordoe Mudikanes Centruma.." jawabku sambil senyum-senyum. Yang dengerin jawabanku cuma angguk-angguk kepala entah ngerti entah bingung. Emangnya aku pikirin. Cuma Frater Danny yang senyum kepadaku tanda mengerti ...kalo ini cuma guyonan...

Karena alamat sudah ketemu dan frater sudah disambut di lingkungan, lalu aku pamit pulang ke posko untuk laporan, maklum waktu itu ngga ada HP sehingga semua harus dijalankan dengan laporan tatap buka.

"Lho, kokh frater malah pulang ke pastoran? Bukannya harus menginap di rumah kami?" tanya salah seorang warga.
"Ndak, Bu! Kami memang diutus selalu berdua-dua, namun kali ini sama Yesus boleh kokh kalo cuma berangkatnya aja. Soalnya saya harus mengantar teman yang lain ke lingkungan seberang jalan," jawabku agak nyantai karena memang suasananya penuh keakraban.
Kutinggalkan frater Danny dengan satu pesan : "Tolong jaga manusia ini jangan sampe lecet trus perhatikan baik-baik karena suka gigit kalo malem hari......"
"Hahahahaha....." Suasana tambah riuh.

Satu bulan setelah kejadian itu, tiba-tiba aku disapa oleh seseorang yang aku ngga ingat siapa dia, katanya : "Selamat pagi, Frater! Kokh ada di sini, lagi liburan yach"
"Hah...! aku kaget setengah mati. Kenapa aku dipanggil frater yach...." dalam hati. Baru kusadari kejadian waktu itu. Pasti orang ini ada di sana saat itu.
"Mati aku...!" kataku dalam hati. Matiin pasaran aja ini orang..."

Setelah kejadian itu terus terang aku ngga nongol-nongol di Mudika hampir setahun. Biar semua orang melupakan peristiwa menggelikan itu dulu baru muncul lagi. Sebutan frater memang benar-benar beresiko, bikin aku mati kutu.

"Klerus...hm...hm... rasanya aku sudah lama menguburnya dalam-dalam.

2 komentar:

Anonymous said...

Makasih atas informasi blogger-nya. Wah begitu punya blog langsung dech tercurah semua kegendhengan sampeyan.
Btw,
Sampayen khan pernah cerita kalau keputus asaan masuk seminari Mertoyudan karena panggilan itu tidak 100% langsung tercurah, tapi bertahap. Karena itu pula mungkin akhirnya terkikis oleh panggilan yang lain. Huahahaha! Tapi sampeyan adalah tetap 'frater-ku'

Salam,
rapahing

Anonymous said...

Lah, foto yang punya rumah mana nih?

Kodier Sang Pembebas