Friday, May 19, 2006

SEBUAH KONSPIRASI POLITIK

Lewat tayangan langsung dari sebuah TV swasta, kusaksikan Inul Daratista bernyanyi sambil bergoyang menyanyikan lagu dangdut dengan pakaian yang super ketat. Suaranya yang khas ditambah dengan lemah gemulai tubuhnya menari menjadi tontonan yang menarik. Luar biasa gerakan tubuhnya. Aku tidak bisa melakukan seindah gerakan tubuhnya. Bisa-bisa patah pula tulang belakangku.

Indahnya tubuh dan gerakan Inul dalam tayangan itu mulai memunculkan noktah-noktah hitam di kepalaku. Koalisi baru antara mata kuclukku dengan otak gendhengku mulai bermunculan dan itu membuat suatu penghayatan baru. Setan yang dari tadi diam saja mulai bermain di air keruh. Dia mempengaruhi mata kucluk dan otak gendhengku dengan membentuk konspirasi politik untuk memunculkan paradigma baru dengan nama halusinasi kotor.

Ah! Aku pindahkan saja channel TV ini dan kusaksikan Siti Nurhalizah dengan pakaian yang cukup sopan dan khas Melayu melantunkan lagu dengan indahnya. Suaranya yang enak didengar menghanyutkan jiwa penggemarnya. Cantik nian gadis ini. Wajah khas Melayu yang tercantik yang pernah kulihat. Oh... andaikan aku bisa dekat dengannya... atau andaikan aku bisa jadi pacarnya, mudah-mudahan ini bukan musibah buat dia.

Tiba-tiba otak gendhengku mulai berinisiatif untuk berkoalisi lagi dengan mata kuclukku. Dia mengajak setan untuk melakukan konspirasi politik yang sama dan memunculkan halusinasi gendheng.

Aku tersentak dan sadar akan ancaman baru dalam tubuhku. Aku mencoba mengembalikan pikiran sehatku sebab konspirasi ini akan menjatuhkan diriku dalam kesesatan mata.

Rupanya, apapun yang kulihat dengan mataku entah sopan atau seronok, entah indah atau buruk, jika sudah kucluk dan berkoalisi dengan otak gendheng dan setan, halusinasi porno tetap ada. Proyektor otakku sudah terkontaminasi virus maka tak ada gunanya menyingkirkan yang berbau porno sebab hasil akhir yang ter-proyeksi adalah halusinasi kepornoan.

Jika ini karena kesalahanku dalam memproyeksi sebuah obyek kenapa orang lain yang harus menanggung dosanya?

0 komentar: