BELAJAR DARI JEMAAT
MAKEDONIA
LATAR
BELAKANG
Sejarah terjadinya kolekte pada dalam Gereja dan tetap berjalan hingga saat ini adalah karena adanya peristiwa kemiskinan Jemaat Yerusalem jaman itu dan tergeraknya belas kasihan Paulus. Orang-orang
Kristen Yerusalem pada jaman Gereja Perdana sedang menderita. Hal itu
terjadi karena :
-
dikucilkan,
-
sebagian kehilangan pekerjaan setelah menjadi orang Kristen
-
kelaparan seperti yang terjadi sebelumnya pada era pemerintahan Claudius
(Kis 11:28).
Paulus
prihatin dengan kesejahteraan mereka. Maka Ia mendorong jemaat-jemaat di daerah
lain untuk memberi sumbangan (kolekte) bagi
jemaat Yerusalem.
Mulanya jemaat
Korintus tergerak untuk terlibat dalam proyek itu ketika mereka pertama kali
mendengarnya. Antusiasme ini kemudian menginspirasi jemaat di Makedonia untuk
memberi dengan sangat murah hati. Sayangnya, jemaat Korintus tidak melaksanakan
apa yang telah menjadi komitmen mereka itu. Dalam 2 Korintus 8-9, Paulus
mendesak mereka (Jemaat Korintus) untuk menyelesaikan kebajikan yang telah
mereka mulai. Ironisnya, ia menggunakan teladan jemaat Makedonia, yang
tertantang kemudian ketika melihat kesediaan jemaat Korintus untuk memberi,
sebagai salah satu cara untuk memotivasi jemaat Korintus agar membuktikan
kesetiaan mereka terhadap janji mereka. Jemaat
Makedonia bukanlah orang-orang yang kaya. Mereka adalah orang-orang yang secara
materi sangat miskin, bahkan mereka juga sedang dalam pencobaan yang
berat: keadaan mereka miskin, dan berada dalam penderitaan (2 Kor 8:2).
PRINSIP
DASAR PEMBERIAN KOLEKTE/PERSEMBAHAN
Teladan
jemaat Makedonia ada di 2 Kor 8, dan melalui pengajaran langsung di bab
selanjutnya di 2 Kor 9. Maka setidaknya kita bisa mendapatkan 8 prinsip yang
menuntun kita untuk memberi. Kedua bab
ini merupakan inti perintah memberi
yang ada dalam Perjanjian Baru. Saat kita mempelajari, dan menerapkan prinsip-prinsip
yang ada di kedua pasal itu, kita dan Gereja kita akan mengalami sukacita dalam
memberi. Ke-8 Prinsip itu adalah :
1.
Kita
harus memberi dengan kemurahan hati. (2 Kor 8:2; 9:6-13)
Bisakah kita
membayangkan seorang petani kaya hanya menanam sedikit tanaman padi supaya
dapat menimbun bijinya yang berharga? Tentu saja tidak. Ia mengetahui bahwa
hanya dengan menabur padinya dengan kemurahan hati, maka dia bisa menuai hasil
yang berlimpah-limpah.
2.
Kita
harus memberi dengan kerelaan hati. (2 Kor 8:12; 9:7)
Tuhan
tidak ingin kita memberi hanya karena kita merasa tidak memiliki pilihan lain.
Pemberian kita haruslah pemberian yang disertai kerelaan hati. Apakah kita
menunjukkan tindakan yang sama di Gereja kita? Apakah kita benar-benar peduli
agar umat Allah memiliki kemauan untuk memberi dengan rela hati, ataukah kita
sudah berpuas hati selama mereka memberi, meskipun itu dilakukan dengan
perasaan enggan?
Memberi
adalah wujud ketaatan (2 Kori 9:13). Namun, ketaatan kita itu tidak didorong
oleh hukum, melainkan oleh anugerah Tuhan (2 Kor 8:9). Kristus sendiri telah
memberikan teladan. Kerelaan hati kita dalam memberi merupakan sebuah respons
kasih kita terhadap pengorbanan-Nya.
3.
Kita
harus memberi dengan sukacita. (2 Kor 8:2; 9:7)
Apa yang
Anda rasakan saat memasukkan uang ke dalam kantong persembahan? Sayang? Atau
itu membuat Anda bersukacita karena Anda berbagi dengan orang lain? Pada titik
ini, kita mungkin akan tergoda untuk berpikir, "Ayolah, Tuhan. Bukankah
memberi dengan murah hati dan rela hati itu sudah cukup?"
Tidak,
menurut 2 Kor 9:7, itu saja tidak cukup. Tuhan ingin agar kita memberi dengan
sukacita.
4.
Kita
harus memberi dengan antusias. (2 Kor 8:3-4)
Kesaksian
Paulus "…bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan
melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak
kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian
dalam pelayanan kepada orang-orang kudus." (2 Kor 8:3-4)
Dalam
pandangan mereka, membantu saudara seiman di Yerusalem bukanlah beban, namun
merupakan suatu kehormatan. Dan mereka "mendesak dengan segera" agar
diperbolehkan berpartisipasi untuk membantu saudara seiman mereka.
Bagaimana
perasaan Anda apabila situasi seperti itu terjadi di Gereja Anda?
5.
Kita
harus memberi dengan penuh pengorbanan. (2 Kor 8:2-3)
Mungkin
Anda berpikir bahwa jemaat di Makedonia sangat kaya, dan adalah mudah bagi
mereka untuk memberi dengan murah hati, rela hati, sukacita, dan penuh
antusias. Tidak juga. Apabila mereka masih hidup sekarang, Anda akan menemukan
mereka hidup di daerah miskin daripada di lingkungan berada. Rumah mereka pasti
adalah gubuk yang berdiri di atas tanah kotor, bukan rumah mewah di lingkungan
elite.
Mereka
tidak hanya sangat miskin, tetapi juga mengalami "cobaan berat" (2
Korintus 8:2). Kita tidak tahu secara spesifik penderitaan apa yang mereka
alami. Akan sangat mudah bagi mereka berdalih dan memberi alasan untuk lebih memerhatikan
diri dan kebutuhan mereka sendiri. Namun, jemat Makedonia tidak melakukan hal
seperti itu. Mereka adalah pemberi sejati. Meskipun kebutuhan mereka mendesak,
mereka memohon agar diizinkan membantu orang-orang percaya yang menderita di
Yerusalem. Sungguh sebuah teladan yang luar biasa! Dari kesaksian pengorbanan
ini, mereka menunjukkan bahwa memberi adalah suatu kehormatan di mana semua
orang Kristen dapat ikut serta, baik yang kaya maupun yang miskin.
6.
Kita
harus memberi menurut kemampuan kita. (2 Kor 8:3; 11-12)
Selama
ini, tidak ada perhitungan tentang seberapa banyak orang Kristen harus memberi
dalam Perjanjian Baru. Yang dikatakan kepada kita adalah bahwa kita harus
memberi menurut kemampuan kita.
Mereka
yang mempunyai lebih banyak, diharapkan untuk memberi lebih banyak. Mereka yang
mempunyai lebih sedikit, diharapkan untuk memberi lebih sedikit. Kita tidak
bertanggung jawab akan milik orang lain. Kita diajarkan untuk menjadi pengurus
yang setia atas apa yang telah Tuhan percayakan pada kita.
7.
Kita
perlu memberi berdasarkan apa yang Tuhan miliki. (2 Kor 8:1-3; 9:8-11)
Prinsip
ini menantang kita untuk berpikir melebihi keterbatasan kita. Kita harus
memberi berdasarkan apa yang adalah milik Tuhan.
Oleh
karena kuasa Tuhanlah maka jemaat Makedonia mampu memberi "lebih dari
kemampuan mereka" (2 Kor 8:3). Dan oleh karena berlimpahnya kuasa Tuhan pula
yang memampukan jemaat Korintus sehingga mereka berkelebihan di dalam pelbagai
kebajikan" (2 Korintus 9:8).
Itulah
yang memungkinkan kita memberi lebih dari kemampuan kita -- tidak hanya memberi
menurut kemampuan kita, melainkan menurut kemampuan Tuhan. Ia yang akan
menyediakan apa yang kita butuhkan dan memampukan kita untuk "berlimpah
dalam kebajikan" (2 Korintus 9:8).
8.
Kita
harus memberi diri kita terlebih dahulu kepada Tuhan. (2 Kor 8:5)
Akhirnya,
di sini kita mendapatkan kunci dari tujuh prinsip yang ada. Alasan mengapa
jemaat Makedonia dapat memberi contoh abadi mengenai pemberian kristiani adalah
karena, seperti yang ditulis oleh Paulus, "Mereka memberikan diri mereka,
pertama-tama kepada Allah," (2 Kor 8:5).
Oleh
karena komitmen itu, mereka memberi dengan murah hati, rela hati, sukacita, dan
penuh antusias. Oleh karena komitmen itu pula mereka bisa memberi dengan penuh
pengorbanan, menurut kemampuan mereka, bahkan melebihi kemampuan mereka.
Jemaat Makedonia merupakan teladan yang luar biasa untuk prinsip yang mereka coba
tanamkan dalam hal pelaksanaan kolekte/persembahan.