BATU KILANGAN TERAKHIR
Aku merinding manakala ada orang yang membawa tradisi ajaran baru lalu dibilang sesat. Kasihan benar dia karena sudah dipastikan akan berujung kepada hujatan dan penghakiman sepihak meski tidak pernah terjadi sampai ke ujung kematian. Maksimal yang bisa dilakukan banyak orang adalah mengusir mereka atau menghancurkan tempat tongkrongannya.
Setiap ada ajaran baru yang dinyatakan sesat, aku selalu menoleh ke kamar Yesus. Hanya ingin tahu saja apakah masih ada batu kilangan terakhir yang bisa dipakai untuk menjerat leher penyesat dan menceburkannya ke laut. Batu kilangan itu rupanya sudah tidak ada lagi di kamar Yesus. Entah sudah habis dipakai atau masih tersisa namun dicuri orang.
Hm... batu itu mungkin saja sudah habis dipakai! Buktinya pada jaman Gereja Perdana, Gereja paling rajin menyatakan ajaran yang tidak benar sebagai ajaran sesat atau bidat. Sebut saja Arius, Nestorius, Sabelian. Belum lagi pada jaman pertengahan dengan munculnya Martin Luther. Coba sudah berapa batu kilangan yang terpakai?
Tapi... andaikan batu kilangan itu dicuri? Siapa ya pelakunya?
Kenapa tidak aku cari saja di reruntuhan rumah-rumah yang terbakar itu barangkali saja ada di sana.
Ah, benar juga! Batu itu ada di sana. Dasar! Bukankah seharusnya batu kilangan itu dilemparkan ke laut? Kenapa masih juga di daratan? Sebaiknya kukembalikan saja kepada pemiliknya, pasti Dia senang karena batu kilangan terakhirnya telah ditemukan.
Sambil menyerahkan batu itu, aku bisikkan sesuatu ke telingaNya : “Gusti Yesus, tolong batu ini diumpetin yach! Soalnya aku takut nanti dicuri orang dan dipakai lagi untuk menjerat penyesat berikutnya padahal belum tentu juga sesat...”
Yesus cuma mengangguk lalu membawa pulang batu kilangan terakhirNya itu dan menempatkannya di tengah-tengah surga. Siapa yang mampu mencuri?
Aku merinding manakala ada orang yang membawa tradisi ajaran baru lalu dibilang sesat. Kasihan benar dia karena sudah dipastikan akan berujung kepada hujatan dan penghakiman sepihak meski tidak pernah terjadi sampai ke ujung kematian. Maksimal yang bisa dilakukan banyak orang adalah mengusir mereka atau menghancurkan tempat tongkrongannya.
Setiap ada ajaran baru yang dinyatakan sesat, aku selalu menoleh ke kamar Yesus. Hanya ingin tahu saja apakah masih ada batu kilangan terakhir yang bisa dipakai untuk menjerat leher penyesat dan menceburkannya ke laut. Batu kilangan itu rupanya sudah tidak ada lagi di kamar Yesus. Entah sudah habis dipakai atau masih tersisa namun dicuri orang.
Hm... batu itu mungkin saja sudah habis dipakai! Buktinya pada jaman Gereja Perdana, Gereja paling rajin menyatakan ajaran yang tidak benar sebagai ajaran sesat atau bidat. Sebut saja Arius, Nestorius, Sabelian. Belum lagi pada jaman pertengahan dengan munculnya Martin Luther. Coba sudah berapa batu kilangan yang terpakai?
Tapi... andaikan batu kilangan itu dicuri? Siapa ya pelakunya?
Kenapa tidak aku cari saja di reruntuhan rumah-rumah yang terbakar itu barangkali saja ada di sana.
Ah, benar juga! Batu itu ada di sana. Dasar! Bukankah seharusnya batu kilangan itu dilemparkan ke laut? Kenapa masih juga di daratan? Sebaiknya kukembalikan saja kepada pemiliknya, pasti Dia senang karena batu kilangan terakhirnya telah ditemukan.
Sambil menyerahkan batu itu, aku bisikkan sesuatu ke telingaNya : “Gusti Yesus, tolong batu ini diumpetin yach! Soalnya aku takut nanti dicuri orang dan dipakai lagi untuk menjerat penyesat berikutnya padahal belum tentu juga sesat...”
Yesus cuma mengangguk lalu membawa pulang batu kilangan terakhirNya itu dan menempatkannya di tengah-tengah surga. Siapa yang mampu mencuri?
0 komentar:
Post a Comment