Tuesday, May 30, 2006

KOMUNITAS KUCLUK (1)

Sejak dari masa remaja, aku senang hidup dalam komunitas apa saja. Rasanya ada kepuasan hidup tersendiri yang tak bisa tergantikan. Aku bisa berkomunikasi dengan orang tapi bisa juga disebelin semua orang. Yang terpenting bagiku adalah aku bisa berbagi dengan orang lain. Kelihatannya idealis banget yach, ungkapan ini klise, gitu! Ach, emangnya gue pikirin! Orang boleh menilai apapun atas ungkapanku ini, kokh....

Tapi sebenarnya tujuanku menulis cerita ini bukan soal idealis atau tidak tentang makna hidup dalam komunitas. Semua orang pasti pernah dijejelin ilmu beginian waktu kuliah, apalagi yang ambil jurusan Sosiologi, yang baca sih cuma merep aja. "....jangan kuliahin gue dech, itu makanan gue waktu kere dulu...!" barangkali itu jawaban ketus mahasiswa Sosiolog.

Sahabat.....
Aku cuma mau mengatakan bahwa dari semua komunitas yang pernah aku jalani bareng-bareng, semuanya kokh jadi semacam komunitas kucluk. Maksudku adalah semua kegilaan dan ketidak normalan perilaku komunitasku itu pernah dilakukan. Lalu aku jadi berpikir, jangan-jangan aku yang sebenarnya menciptakan kekuclukkan ini....hm?

Sebut saja jaman sekolah dulu, yang namanya bolos itu sudah biasa dilakukan anak-anak remaja. Tapi aku dan teman-temanku bisa-bisanya masuk sekolah tanpa secarik kertas dan ballpointpun mengikuti pelajaran. Tahu apa maksudnya? Kelas paralel kami menginformasikan bahwa guru Ekonomi ngga masuk karena sakit. Mendengar berita ini, ide kucluk muncul dengan tiba-tiba dan kami berniat kabur dari sekolah pada jam pelajaran itu yang kebetulan berada pada 2 jam terakhir jelang bel pulang sekolah. Lumayan, kalau ditotal 90 menitan kami bisa bolos sekolah. Maka disusunlah rencana untuk membolos dengan cara menitipkan tas-tas kami di warung yang letaknya di luar pagar sekolah. Kalau kami keluar pintu pagar tanpa membawa tas-tas kami, biasanya diijinkan, tokh nanti akan kembali ke sekolah sebab tas-tas kami ada di kelas.

Namun sungguh apes. Rencana buruk kami buyar karena sang guru tiba-tiba muncul dan masuk ke kelas kami pada jam tersebut. Kami cuma terbengong-bengong sambil saling menatap satu dengan yang lain.
"Lho, kami dengar Ibu sakit? Apa sudah sembuh, Bu?" tanya salah satu dari kami.
"Siapa yang bilang? Anak saya yang sakit, kokh!, jawabnya. Hayo kita mulai pelajaran kita.."

Kami, yang berencana ingin ngabur pada jam pelajaran itu jadi gugup karena tas-tas kami berada di seberang sana sementara kami tidak bisa berbuat apa-apa di kelas ini tanpa tas-tas itu. Mengikuti pelajaran tanpa buku dan ballpoint membuat kami benar-benar seperti orang buta kehilangan tongkatnya, ngga tahu harus bagaimana melanjutkan pelajaran.

Akhirnya, ketakutan itu tiba juga. Hukuman yang pantas memang lari keliling lapangan basket 10x di tengah hari bolong.

Sahabat semua.....
Kita memang harus lebih bijaksana dalam menerima informasi, jangan ditelan mentah-mentah sehingga apa yang akan kita lakukan berkat informasi yang sampai ke telinga kita tidak mengacaukan semua rencana. Terlepas apakah rencana itu baik atau buruk, bersikap bijaksana menjadi perlu.

Terkadang diri kita seperti dipermainkan oleh situasi tetapi sebenarnya kitalah yang tidak mampu mengatur semua itu sehingga membiarkan diri kita seperti dipermainkan.

Monday, May 29, 2006

SURAT KEPADA ORANG-ORANG PERANTAUAN

Quae protectio salusque civium certior in patria sua inveneri potest?

Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika untuk menghirup udara kebebasan hidup di tanahmu kini sudah tidak ada.

Kemarin rumahmu habis dibakar karena orang-orang sudah mulai tidak menyukai isi rumahmu. Dan hari ini, rumah saudarimu dikepung untuk dihancurkan karena kekuclukan yang sama.

Quae te dementia cepit?

Jika demikian, mungkin sudah saatnya kamu tidak memerlukan tembok lagi, tokh pemberi hidupmu tetap ada di mana-mana tanpa dibatasi oleh tembok. Mengapa tidak kamu mulai sekarang?

Siapkan dirimu untuk menjadi baitNya yang kudus.
Semayamkanlah tubuhNya yang kudus itu dalam kekudusan hatimu.
Siapakah kini yang mampu menghancurkan bait suciNya di dalam dirimu? Siapakah kini yang mampu melenyapkan rumahNya yang kudus di dalam hatimu?

Tak ingatkah kamu bahwa Kristus sendiri tidak punya tempat untuk meletakkan kepalaNya. Di bangunan rumah seperti apa ingin kamu taruh tahtaNya jika sampai hari inipun setiap yang berdiri diruntuhkan. Semayamkan saja tubuhNya yang kudus itu dalam hatimu yang kudus.

Inilah Gerejamu yang tepat
untukmu saat ini
di tanah air duniawimu
tanah perantauan

Suatu peziarahan yang melelahkan tetapi harus dijalani.

LESTARI (1)
Andai bisa kuikat kamu dengan sepenggal cinta

SEBUAH CATATAN MASA SEKOLAH

Ini adalah tahun ke-16 masa-masa pencarianku untuk menemukan kamu, Lestari, gadis pensiunan polisi. Di mana kamu saat ini? Apakah memang hanya Tuhan saja yang boleh tahu setelah 16 tahun dalam pencarian. Tak bolehkah aku tahu?. Kamu seperti hilang ditelan bumi.

Aku hanya bisa merangkai kembali ingatanku saat-saat pertemuan kita semasa sekolah dulu, mumpung memori otakku masih cukup baik untuk mengenang kegilaanku padamu untuk setiap peristiwa yang pernah terjadi di antara kita.

- 1987 yang kuingat kamu bukan tipeku dan harus kucatat bahwa kamu itu sainganku
- 1988 kita pernah belajar bareng tetapi tetap saja kamu itu sainganku
- 1988 masih di tahun yang sama saat pesta perpisahan. Maaf aku pinjam kacamatamu untuk sebuah pementasan. Kenapa tiba-tiba aku mulai suka kamu? Ach, sial! Cinta monyet!
-1990 reuni sekolah. Yang pertama kucari ya cuma kamu. Kita ngobrol banyak yach
-1991 1 Syawal, cuma itu yang kuingat saat aku ke rumahmu untuk berlebaran dengan membawa 2 orang pengawal dan satu motor bebek.


Aku benar-benar kehilangan kamu, Lestari. Hendak ke mana kutanyakan ini? Tuhan benar-benar diam saat aku ingin bertanya.

Kalo saja aku bisa kembali ke tahun-tahun yang lalu, cuma satu yang ingin kulakukan padamu apa yang tidak sempat kulakukan...... “mengikatmu dengan cinta biar aku tidak usah mencarimu selama 16 tahun”

Sepertinya aku harus terus menambahkan tahun-tahun pencarianku karena kamu tidak bisa kujumpai. Mungkinkah benar-benar ditelan bumi?

MARIA MAGDALENA DARI KRAMAT TUNGGAK

Entah nasib malang apa yang dialami perempuan pezinah ini ketika pagi-pagi sekali dia diseret ke muka umum untuk dihakimi. Seingat dia, tidak ada firasat buruk yang dialami sebelumnya selain mimpi-mimpi indah yang ia nikmati bersama seorang pelanggan tetapnya beberapa bulan terakhir ini. Tetapi rupanya nasib apes itu harus dia rasakan ketika menjelang subuh, seorang petugas siskamling mendapatinya sedang tertidur pulas tanpa busana bersama seorang lelaki di kamarnya. Yang mereka tahu, wanita ini belum bersuami, siapa lelaki yang tidur dengan dia?

Maria Magdalena, wanita malang itu sebenarnya gondok juga ketika petugas siskamling menangkapnya dengan tuduhan ‘bobo-bobo’ dengan lelaki yang bukan muhkrimnya. Dari mana dia tahu kalo aku lagi bobo telanjang kalo nggak ngintip terlebih dahulu ke kamarku? Dasar lelaki mata keranjang, hak privasiku dilanggarnya dan ketika sudah puas mengintip, baru menyeretku ke lapangan ini, pikirnya.

Singkat cerita, setelah diadili di hadapan pemuka masyarakat setempat, wanita pezinah ini divonis untuk meninggalkan rumahnya dan jangan kembali lagi dalam waktu 3 x 24 jam. Dia diusir bagai anjing buduk. Apa hendak dikata, ini adalah pengusiran untuk ke sekian kalinya dengan kasus yang sama.

Memang, setelah Kramat Tunggak ditutup, hidupnya jadi tidak menentu. Banyak teman-temannya kocar-kacir nggak tentu rimbanya. Terpaksa dia harus berjuang seorang diri demi mempertahankan sebuah hidup. Menjadi wanita panggilan adalah pilihan yang bisa dijalaninya. Kalo dulu dia bermarkas di Kramat Tunggak, kini dia bermarkas di mana saja selama belum diusir.

Maria Magdalena hanya diam tanpa sedikitpun senyum. Entah apakah dia pernah menyesal atau dendam dengan perlakuan mereka tapi sinar matanya tajam mengarah kepada orang yang menjeratnya hari ini. Sepertinya dia tidak rela tubuhnya yang lumayan sintal dan indah itu dinikmati oleh lelaki mata keranjang dengan cara mengintipnya seperti yang dilakukannya semalam. Tak satu katapun mampu diucap dan Maria tetap diam hanya hatinya penuh kata-kata umpatan.

Seminggu setelah kejadian itu atau tepatnya 3 hari setelah Maria Magdalena pergi meninggalkan kontrakannya, berita heboh tersebar ke seluruh penjuru kampung. Petugas siskamling, orang yang menjerat Maria Magdalena, harus menderita seumur hidupnya karena ‘burungnya’ terputus oleh sebilah pisau. Yang lebih menghebohkan lagi adalah peristiwa itu terjadi justru dikamar Maria Magdalena yang sudah kosong.

Siapa pelakunya?
Hingga kini tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri. Dia cuma diam tidak mau bicara satu katapun untuk mengungkap kejadian memalukan ini. Orang-orang juga tidak bisa membantunya sebagian malah mencoba mereka-reka kejadian itu lalu kemudian pergi dengan tersenyum-senyum. Inikah tulah yang harus ditanggung oleh orang yang merasa dirinya suci dan benar dengan melempar batu ke tubuh Maria Magdalena? Tidak bisa dibuktikan namun tulah pernah ada ketika Firaun takluk ditangan Musa.
CATATAN HARIAN SANG GURU (1)

KONSPIRASI KORUPSI

Minggu-minggu ini adalah hari-hari ulangan umum di sekolah tempat aku mengajar di salah satu sekolah swasta Katolik di selatan Jakarta. Cukup melelahkan juga mempersiapkan moment ini tetapi aku memang tidak berniat mengeluh. Ini sudah menjadi pekerjaan yang biasa bagiku.

Namun akhir tahun ajaran ini aku benar-benar dibuat senewen oleh murid tergoblok di kelasku. Bukan karena IQ-nya yang jongkok itu tetapi karena perilaku anehnya cukup mengindikasikan suatu perbuatan tergoblok yang lebih tolol dari IQ-nya sendiri.

Sudah menjadi kebiasaanku sebelum memulai suatu ulangan terlebih dahulu menerangkan bagaimana murid harus menjawab setiap pertanyaan. Hal ini harus dilakukan mengingat yang namanya kelas III SD masih terbilang belum ‘ngeh’ dengan soal-soal.

Belum juga kuselesaikan tugas ini, tiba-tiba Daniel nyeletuk :
“Pak, tugas mengarang judulnya merayakan HUT RI, khan?”

Aku terpana bukan karena takjub melihat anak muridku ternyata sudah pandai bermain sulap seperti Dedy Corbuzier, tetapi ..... bagaimana dia tahu semua itu padahal naskah ulangan masih tersegel dengan baik? Kecurigaanku terus mendorongku untuk bertindak laksana polisi penyidik dengan dugaan sementara soal-soal ulangan telah bocor.

Beruntung anak didikku tidak terlalu pintar untuk bersandiwara sehingga mudah bagiku merangkai peristiwa dan menarik kesimpulan tetapi aku butuh bukti otentik.

Namun bebanku sekarang menjadi tidak karu-karuan. Tanggung jawab moral harus dibela tetapi rasanya nyali ini harus kuuji dahulu benarkah aku mampu melawan konspirasi ini di sekitarku?

Ketika orang sudah tidak bisa lagi membedakan mana tindakan korupsi dan mana yang tidak, rasanya ajakan Gereja untuk tidak korupsi rasanya harus dikaji ulang. Yang mereka tahu cuma membalas budi. Kegendhengan macam apa lagi yang telah terjadi sampai manusia sulit membedakan mana baik dan mana yang tidak baik. Dunia memang gendheng di mana nurani telah pupus diterkam mamon.

Friday, May 19, 2006

SURAT KEPADA ORANG-ORANG KUCLUK (2)
CUNGKIL SAJA MATAMU YANG KUCLUK ITU

Dari Binoceng, sahabatmu, yang karena kecintaanku padamu kutuliskan suratku yang kedua ini dengan penuh duka cita.

Dari negeri seberang kudapati berita tentang kamu semua bahwa hidupmu semakin jauh dari kasih Allah. Kamu semakin kucluk saja. Apa yang telah aku beritakan yaitu hikmat yang bukan berasal dari dunia ini telah kamu tampikkan dan memilih bersekutu dengan hikmat dunia yaitu kebenaranmu sendiri dan kemegahan dirimu. Adakah engkau merasa benar dengan daya kekuatan pikiranmu dan megah dari kelebihan akalmu? Sekali lagi kukatakan, tidak! Hanya Allah saja yang benar dan hendaknya jiwamu bermegah karena Dia.

Mengapa kamu sekalian menjadi sombong iman dan seolah Allah berada di pihakmu sementara kekejian yang engkau perbuat itu, yang [sebenarnya] berasal dari hikmat dunia yaitu hikmat atas dasar akal budimu, kamu katakan berasal dari atas? Aku yang adalah sahabatmu belum bisa mempercayai kebenaran itu sebelum aku mengujinya. Tetapi yang aku tahu adalah : jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. Apakah aku telah melihat buah yang baik dari kehidupan kuclukmu?

Karena kekuclukan akan kebenaranmu sajalah sehingga seluruh hidupmu senantiasa dirundung ketakutan akan lunturnya imanmu. Kekhawatiran akan hancurnya akhlakmu membuat semua yang tidak baik menurut hukum kuclukmu harus disingkirkan. Mengapa tidak kamu serahkan saja hidupmu pada tangan pengasihanNya atau menyandarkan bahumu pada keperkasaanNya dan membiarkan Dia memeliharamu senantiasa hingga akhir hidupmu?

Iman yang teguh adalah iman yang sudah teruji. Baik segala penyesatan maupun kegelapan tidak akan menenggelamkan iman yang sudah teruji. Bukan dengan menghindari cobaan maka imanmu sudah teruji dan bukan dengan menantang cobaan maka imanmu teguh. Tidakkah kamu ingat bahwa kegelapan itu sudah ada sebelum kamu ada tetapi mengapa kamu kurang percaya bahwa sesungguhnya kegelapan memang tidak bisa menguasai terang. Karena itu ujilah imanmu dan bukan kebenaran kuclukmu.

Jika karena matamu yang kucluk itu menyesatkan dirimu sehingga kamu jatuh kepada kegelapan, cungkil saja mata kuclukmu. Bereslah sudah! Akan tetapi kamu tidak berani melakukannya sebab mata kuclukmu lebih berharga daripada iman yang teruji.
SEBUAH KONSPIRASI POLITIK

Lewat tayangan langsung dari sebuah TV swasta, kusaksikan Inul Daratista bernyanyi sambil bergoyang menyanyikan lagu dangdut dengan pakaian yang super ketat. Suaranya yang khas ditambah dengan lemah gemulai tubuhnya menari menjadi tontonan yang menarik. Luar biasa gerakan tubuhnya. Aku tidak bisa melakukan seindah gerakan tubuhnya. Bisa-bisa patah pula tulang belakangku.

Indahnya tubuh dan gerakan Inul dalam tayangan itu mulai memunculkan noktah-noktah hitam di kepalaku. Koalisi baru antara mata kuclukku dengan otak gendhengku mulai bermunculan dan itu membuat suatu penghayatan baru. Setan yang dari tadi diam saja mulai bermain di air keruh. Dia mempengaruhi mata kucluk dan otak gendhengku dengan membentuk konspirasi politik untuk memunculkan paradigma baru dengan nama halusinasi kotor.

Ah! Aku pindahkan saja channel TV ini dan kusaksikan Siti Nurhalizah dengan pakaian yang cukup sopan dan khas Melayu melantunkan lagu dengan indahnya. Suaranya yang enak didengar menghanyutkan jiwa penggemarnya. Cantik nian gadis ini. Wajah khas Melayu yang tercantik yang pernah kulihat. Oh... andaikan aku bisa dekat dengannya... atau andaikan aku bisa jadi pacarnya, mudah-mudahan ini bukan musibah buat dia.

Tiba-tiba otak gendhengku mulai berinisiatif untuk berkoalisi lagi dengan mata kuclukku. Dia mengajak setan untuk melakukan konspirasi politik yang sama dan memunculkan halusinasi gendheng.

Aku tersentak dan sadar akan ancaman baru dalam tubuhku. Aku mencoba mengembalikan pikiran sehatku sebab konspirasi ini akan menjatuhkan diriku dalam kesesatan mata.

Rupanya, apapun yang kulihat dengan mataku entah sopan atau seronok, entah indah atau buruk, jika sudah kucluk dan berkoalisi dengan otak gendheng dan setan, halusinasi porno tetap ada. Proyektor otakku sudah terkontaminasi virus maka tak ada gunanya menyingkirkan yang berbau porno sebab hasil akhir yang ter-proyeksi adalah halusinasi kepornoan.

Jika ini karena kesalahanku dalam memproyeksi sebuah obyek kenapa orang lain yang harus menanggung dosanya?

Thursday, May 18, 2006

BATU KILANGAN TERAKHIR

Aku merinding manakala ada orang yang membawa tradisi ajaran baru lalu dibilang sesat. Kasihan benar dia karena sudah dipastikan akan berujung kepada hujatan dan penghakiman sepihak meski tidak pernah terjadi sampai ke ujung kematian. Maksimal yang bisa dilakukan banyak orang adalah mengusir mereka atau menghancurkan tempat tongkrongannya.

Setiap ada ajaran baru yang dinyatakan sesat, aku selalu menoleh ke kamar Yesus. Hanya ingin tahu saja apakah masih ada batu kilangan terakhir yang bisa dipakai untuk menjerat leher penyesat dan menceburkannya ke laut. Batu kilangan itu rupanya sudah tidak ada lagi di kamar Yesus. Entah sudah habis dipakai atau masih tersisa namun dicuri orang.

Hm... batu itu mungkin saja sudah habis dipakai! Buktinya pada jaman Gereja Perdana, Gereja paling rajin menyatakan ajaran yang tidak benar sebagai ajaran sesat atau bidat. Sebut saja Arius, Nestorius, Sabelian. Belum lagi pada jaman pertengahan dengan munculnya Martin Luther. Coba sudah berapa batu kilangan yang terpakai?

Tapi... andaikan batu kilangan itu dicuri? Siapa ya pelakunya?

Kenapa tidak aku cari saja di reruntuhan rumah-rumah yang terbakar itu barangkali saja ada di sana.

Ah, benar juga! Batu itu ada di sana. Dasar! Bukankah seharusnya batu kilangan itu dilemparkan ke laut? Kenapa masih juga di daratan? Sebaiknya kukembalikan saja kepada pemiliknya, pasti Dia senang karena batu kilangan terakhirnya telah ditemukan.

Sambil menyerahkan batu itu, aku bisikkan sesuatu ke telingaNya : “Gusti Yesus, tolong batu ini diumpetin yach! Soalnya aku takut nanti dicuri orang dan dipakai lagi untuk menjerat penyesat berikutnya padahal belum tentu juga sesat...”

Yesus cuma mengangguk lalu membawa pulang batu kilangan terakhirNya itu dan menempatkannya di tengah-tengah surga. Siapa yang mampu mencuri?
DIAM ITU EMAS ATAU TIDAK PUNYA SUARA ?

Polemik yang berkepanjangan sekitar perundingan RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) di tengah lapisan masyarakat benar-benar membuat puyeng kepala. Yang pro dan yang kontra sama-sama ingin didengar suaranya sehingga masing-masing yang punya kepentingan sekitar makhluk RUU APP ini mencoba mempengaruhi suara publik dengan berbagai macam aksi-aksi entah damai entah demo. Seperti itulah kehidupan demokrasi di negeri ini.

Kaum agamawan yang fundamentalis sekalipun berusaha mengawal RUU ini hingga masuk ke gerbang pintu DPR sementara golongan pencinta seni dan budaya serta kaum moderat melihat bahwa RUU APP sudah melewati batas-batas ranah privasi rakyat yang seharusnya dihormati negara.

Aku sangat yakin bahwa kelompok manapun yang berkepentingan dengan RUU ini mempunyai tujuan tertentu yang hingga saat ini belum jelas kubaca.

Yang membuat aku bingung adalah ketika semua orang bersitegang dengan masalah ini, Gereja cuma adem ayem saja seperti tak mau ambil pusing. Demikiankah sejatinya?
Rasanya sich tidak, Gereja memang sudah cukup dewasa memilah-milah permasalahan dan tidak ikut larut dalam permainan politis. Ada saatnya di mana Gereja hanya diam dan ada pula moment yang baik saat suaranya harus didengar. Diam memang emas tetapi bukan berarti tak punya suara.

Dalam sebuah diskusi tentang masalah diamnya Gereja dengan situasi ini ada semacam pembelaan diri yang cukup konyol menurutku , begini : “Jika Gereja mau, sudah dari dulu RUU ini diprotes sebab kepentingan Gereja terusik. Andaikan RUU ini jadi dilaksanakan Anda bayangkan berapa banyak corpus Yesus di kayu salib itu harus diberi baju?”

Semua tertawa karena lelucon ini dan hanya dengan kedewasaan berpikirlah yang mampu memahami maksudnya.

HOMINES SUMUS, NON DEI
(Kita ini manusia, bukan Allah)

Aku sempat tertegun menyaksikan serombongan orang mirip orang Farisi tiba-tiba datang sambil berteriak-teriak. Mereka mengambil batu pertama yang diberikan Kristus dan melempari seorang anak muda berparas ganteng nan menawan dengan teriakan : “Kami halalkan darah manusia ini. Dia layak mati atas perbuatannya!!.”

Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolong anak muda ini karena suara kelompok manusia yang cuma segelintir itu laksana suara satu kampung, membela anak muda inipun seperti menantang mereka.

Kristus hanya diam saja seolah memang tidak mau tahu. Bahkan BapaNya saja juga cuma saling pandang dan tak punya niat untuk menghardik gerombolan itu agar bubar dan tidak mencederai anak muda ini.

Entah sudah berapa banyak celaan dan hujatan harus diterima anak muda ini. Dia hanya duduk terdiam tak tahu harus berkata apa. Baginya diam itu mungkin lebih baik daripada membela diri karena tidak memberi keuntungan apapun. Hancur sudah perasaan hatinya, luluh lantah sudah bangunan hidup yang dia tata sejak masih anak-anak. Kalau memang sudah saatnya, biarlah mati sekarang saja dengan sedikit tobat buat bekal perjalanannya. Tapi bagi mereka tak ada gunanya bertobat karena vonis mati sudah dijatuhkan.

Aku masih tertegun tak mampu memandangi anak muda ini. Hatiku berontak karena semua orang cuma membisu tak juga membantu. Lalu kutanya pada Bapa yang sejak dari tadi cuma memandangi peristiwa itu.

“Bapa, mengapa Engkau diam saja tanpa berbuat sesuatu untuk membantu anak muda ini?”

Bapa hanya tersenyum lalu dia menjawab.

“Anakku, sesudah Aku bekerja menciptakan alam semesta dan segala isinya selama 6 hari, Aku istirahat dan tidak menciptakan apapun.”

“Tetapi tidakkah Engkau sudi merasuki hati sekelompok manusia itu dengan sabdaMu agar hati nuraninya tergugah?” pintaku

“Sepertinya sia-sia saja, jawabNya. Bahkan kuasa menjatuhkan dosa dan kematian yang menjadi hakKu sejak dulu sudah mereka ambil. Kini Aku benar-benar dibuatnya menganggur.”

Dia pergi dengan senyum tetapi aku masih belum bisa menangkap maknanya.
AMBIL SAJA UPAHMU DI SURGA

Ini adalah sebuah kisah temanku yang pernah dia tuturkan saat curhat di meja makan. Begini ceritanya :

Hampir tiga bulan ini hati Felix Maruto gundah gulana. Makan tak enak tidurpun tak nyenyak. Jangan coba menduga-duga kalo dia ini sedang punya selingkuhan baru lho, maklum saja biasanya pria yang punya selingkuhan pasti perilakunya serba tidak nyaman. Tetapi ini bukan karena trend cem-ceman itu melainkan ulah isteri tercintanya, Lucia Tulkiyem yang teramat sibuk.

Sejak terpilih menjadi wanita teladan sekampung, kegiatan tambahan Jeng Tulki, demikian panggilan kesayangan istrinya, jadi tambah banyak. Hampir setiap hari dia minta ijin pada Maruto untuk menghadiri kegiatan di Kantor Kelurahan. Maklum kadhung mengantongi titel wanita teladan, dia harus tetap jaim di depan para pejabat.

“Mas, aku pergi sebentar, ya!” kata Jeng Tulki agak tergesa-gesa. Di lemari makan sudah saya siapkan makan siangnya buat panjenengan sama anak-anak. Trus… nanti siang, tolong jemurannya diangkat yach? Kemarin itu kehujanan semua, aku terpaksa cuci lagi. Jangan sampe lupa, lho!

“Jeng, kamu itu mau ke mana lagi, tho?” tanya Maruto plonga plongo. Baru kemarin ikut penyuluhan posyandu di Kelurahan, sekarang mau pergi ke sana lagi? Memangnya acaranya begitu penting sampai seorang wanita teladan harus tetap hadir?”

“Penting sich tidak, tetapi dengan kehadiranku di sana setidaknya sudah berusaha untuk ikut terlibat dalam kegiatan di masyarakat,” jawabnya penuh diplomatis. Bukankah Kristus sendiri mengamanatkan demikian kepada kita agar kita mampu menjadi garam bagi dunia? Sekarang saatnya aku mau menjadi garam biar semua merasakan enak.

“Jeng, kowe kokh jadi keblinger begini. Menjadi garam dunia itu memang tugas kita tetapi bukan seperti ini caranya. Tidak dengan kemaruk lalu semua kegiatan harus kamu ambil sementara tugas utamamu di rumah terabaikan. Kuwi ngga bener, Jeng! Yang namanya menggarami dunia itu ya sama saja kalo kita menggarami masakan. Tidak ditabur semua tetapi sedikit demi sedikit. Kalo sudah cukup enak, garamnya disimpan untuk besok lagi. Lha ini. garam yang kamu taburkan itu malah terasa jadi pahit karena terlalu banyak dituang. Kasih kesempatan orang lain donk. Dan lagi, memang kelak kamu mau masuk surga sendiri? Apa nggak kesepian kalau isi surga nanti cuma kamu sendiri. Trus, kamu mau cari teman di mana? Di neraka?

“Wis, tho…jangan ngasih kuliah dulu. Ntar aja kalo ujiannya sudah dekat..!” tangkisnya. Aku pergi dulu…!”

“We...lahdala, wong diprenahake kokh malah maidho,” sahut Maruto dengan hati yang serba semrawut.

Sudah hampir seminggu ini hujan memang amat lebat. Berita-berita di TV banyak menyiarkan daerah-daerah banjir. Untung saja rumah Felix Maruto bukan tempat langganan banjir maka selebat amatpun hujan datang dia cukup menatap jatuhnya air ibarat ribuan pasukan terjun payung yang mendarat di bumi.

Selepas makan siang, tiba-tiba Jeng Tulki muncul dari balik pintu sambil cemberut. Katanya : “Dasar panitia kampungan, nggak professional!”

Maruto yang baru saja membaringkan badan, terpaksa bangun dan bertanya : “Lho, memangnya ada apa, kokh datang-datang langsung marah? Minum dulu sana dan dilepas dulu kondenya..”

“Gimana aku nggak keki, sudah dandan cantik-cantik begini kokh aku disuruh pulang dulu untuk ganti baju. Katanya nggak cocok.”

“Memangnya yang harus kamu hadiri itu acara apa?”tanyanya lagi.

“Tadinya yang aku dengar, ada kunjungan kerja Pak Camat ke Kelurahan kita. Panitianya menghubungi aku untuk hadir di sana.” Jawab Jeng Tulki.

“Trus..!
“Trus, dia cuma bilang : Mbak Tulki.. siap ya untuk besok”
“Lalu..?”
“Ya..lalu aku berangkat aja!”
“Acaranya?”
“Huk..huk..huk..! Meninjau lokasi banjir di RW 10….”

“Ya, sudah nggak usah menangis begitu,” hibur Maruto. Lain kali kalau ada kegiatan diluar tanyakan yang jelas arah dan tujuannya yach, jangan sembrono. Sudah, jangan cemberut begitu, toh, upahmu sudah ada di surga. Mau diambil?”. Maruto tersenyum memaknai peristiwa yang baru saja terjadi.

Terkadang kita juga bisa lupa diri manakala jabatan atau kekayaan itu membutakan mata hati kita sehingga tindakan kita tidak bijaksana. Seharusnya semakin banyak jabatan atau kekayaan harus semakin bijaksana. Cuma Kristus yang tidak punya jabatan apapun di dunia tetapi kebijaksanaannya melebihi semua manusia yang ada.

Tuesday, May 16, 2006

SURAT KEPADA ORANG-ORANG KUCLUK (1)

JANGAN TABUR ILALANG DITANAHMU

Sesungguhnya kamu yang besar ini bukanlah bangsa pilihan oleh karena kebebalan hatimu sendiri. Janganlah engkau bermegah diri tetapi takutlah akan Tuhan yang empunya langit dan bumi . Siapakah yang akan memandangimu atau sekedar mampir ke rumahmu untuk secangkir kopi jika parasmu mendatangkan ketakutan? Engkau tahu bahwa nenek moyangmu pernah bercerita akan negerimu ini yang pernah subur. Bahkan untuk biji yang tak berharap hiduppun dia bisa tinggal dan berbuah di tanahmu sendiri. Tetapi aku berkata kepadamu apalah artinya tanah yang subur jika hatimu selalu menaburkankan ilalang yang meracuni setiap biji yang tumbuh?

Bertahun-tahun yang lalu hingga saat ini negerimu memang tak pernah lepas dari kenistaan yang sebenarnya engkau ciptakan sendiri. Ketika bangsa-bangsa mengoyak bajumu, di mana hatimu? Ketika kamu memerdekakan diri dan berusaha merajut kembali bajumu yang terkoyak itu, kemanakah lalu engkau pergi meninggalkan tanahmu tanpa satu bijipun kau tanami. Kini, ketika kamu kembali dengan pedang dan tongkat, merobek-robek baju yang telah kamu rajut sendiri dan menghalau setiap orang atas nama kebenaran. Akankah tanahmu ingin kamu ciptakan dengan pedang dan tongkat dan menghalau saudaramu setiap jengkal kakinya?

Memang dalam satu meja perjamuan makan seharusnya semua orang makan dan minum dari satu meja yang sama tetapi tidakkah kamu ketahui bahwa tidak semua makanan dan minuman itu menyenangkan tubuh semua orang. Dia boleh tidak makan namun tetap dalam satu meja perjamuan. Itulah kebersamaan yang harus dibangun dari berbagai perbedaan dan bukan menyamakan semua perbedaan. Bukan apa yang kamu suka mereka harus suka tetapi lihatlah bagaimana kamu bisa membuat sesamamu menyukai apa yang kamu sukai. Janganlah kamu tabur biji bangsa asingmu di tanahmu sendiri dan membiarkan biji tanahmu mati.

Aku mengingatkan kamu semua bahwa saudaramu ada dinegerimu saat ini dan harus kamu pelihara sebab jika tidak kamu adalah bangsa terkucluk di bumi ini.

Aku mengingatkan kamu hai orang-orang kucluk di negeri yang subur. Takutlah kepada Tuhan sang pencipta alam semesta sebab karenaNya tanahmu tetap ada. Janganlah kamu tambahkan ilalang dalam hatimu untuk merusak hijaunya tanahmu. Tak cukupkah engkau bersyukur dengan kerendahan hatimu. Koyakkanlah baju kesombonganmu dan jangan hati lembutmu sebab orang akan menyapamu dengan hati dan bukan bajumu.

Aku tahu bahwa kamu sekarang sudah menjadi besar tetapi apalah arti kebesaranmu jika tidak menjadi saluran berkat Tuhan untuk saudaramu sendiri. Karena itu, bertobatlah dan tetapkanlah hatimu menjadi bangsa yang arif dan bijaksana. Ramah dan dikagumi sesamamu. Biarlah Tuhan memelihara kamu semua dalam damai dan sejahtera. Aku mohonkan berkat Tuhan yang berlimpah atas negerimu hingga saat aku tiba dan menemuimu di negerimu sendiri.
Dari aku yang menyayangimu.

Monday, May 15, 2006



SELAMAT DATANG, FRATER!

"Selamat datang, Frater!"
Kalo denger sapaan ini, aku jadi ingat kejadian 15 tahun yang lalu persisnya aku ngga nyatet. Suatu ketika, dalam suatu acara aksi panggilan yang digelar gede-gedean oleh Dewan Paroki dengan inspiratornya Rm. F. Kuswardianto (dulu masih frater diakon), aku terlibat praktis kegiatan melelahkan ini di mana frater diakon ini mengundang puluhan konggregasi dan ordo dari seluruh Indonesia dari Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan wis ngga tahu lagi dari mana aja. Mereka kumpul di Paroki Cijantung dan selanjutnya home stay di rumah-rumah warga yang telah ditunjuk.

Aksi panggilan ini memang terasa amat menggigit. Terbukti respon umat begitu antusias dan menanggapi amat positif dalam menjaring calon-calon klerus di antara anak-anak mereka. Malah ada juga beberapa suster yang amat mendukung suatu keluarga jika anak perempuan mereka mau masuk ordo-nya dengan menitipkan nomor telepon yang bisa dihubungi. Harap maklum, gaya-gaya KKN masih melekat saat itu.

Aku dan beberapa teman ke bagian tugas mengantar para valunteer ini ke tempat home stay-nya di beberapa alamat yang ditunjuk sekaligus memantau kegiatan mereka di lingkungan. Setidaknya ada 30an valunteer yang datang dalam aksi panggilan itu.

Ketika aku mau mengantar seorang frater OSC Bandung ke salah satu rumah warga, aku sempat kebingungan karena alamat yang ngga jelas. Aku mondar-mandir dengan scooter-ku dijalan yang itu-itu juga bersama frater ini hampir 1 jam lamanya. Trus, karena frustasi, aku bilang... "kita tanya sekali lagi ya Frat, kalo ngga ketemu juga, kita pulang aja ke pastoran dulu"
Entah apakah ini suatu gertakan atau cuma kebetulan saja, setelah ngomong begitu, tiba-tiba ada seorang warga paroki yang aku pernah lihat sebelumnya di gereja. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung tanya aja :"... Mas, tahu rumah Pak ketua Lingkungan X ngga..?"

Mungkin karena ngga siap dengan pertanyaan dan kokh langsung menanyakan sebutan ketua lingkungan segala, dia agak gugup :".. Ooo ini anu yach.. frater yang mau nginap di lingkungan kami? Ayo frat, saya antar..!"

Kami berdua diantarnya ke rumah yang dimaksud. Dan ternyata di sana sudah banyak warga yang menunggu. Lalu kami disambut bak menyambut raja kecil.

"Mari masuk, frater..! Wah.. nyasar yach!"
"Lumayan mondar-mandir 1 jam, Pak?" jawabku
"Ya.. maafkan kami karena tidak ada yang jemput frater di pastoran." selahnya lagi.
"Ngga apa-apa, Pak", jawab frater yang kuantar.
"Perkenalkan, saya ketua lingkungan di sini. Frater nanti malam tidur di rumah saya. Aman kokh," kata Pak Ketua Lingkungan.
"Ya..baik, Pak! Oh... saya Danny dari Bandung" sapa frater Danny
"Saya Binoceng... dari Solo," aku ikutan memperkenalkan diri dengan gaya-gaya kaum frateran. Dasarnya aku memang sukanya nyleneh juga kalo udah kadung akrab sama orang lain.
"O...Bandung berarti OSC yach..." tebak sang Ketua Lingkungan. "Kalo dari Solo apa Frat..?" tanyanya kepadaku.
Glek, aku cuma tersipu-sipu. Gila ini orang ngga bisa diajak bercanda. Ya udah aku bikin runyam sekalian dech. Itung-itung bales dendam karena cariin alamatnya. "..OMC...," jawabku
"..OMC...apa itu?
"..Ordoe Mudikanes Centruma.." jawabku sambil senyum-senyum. Yang dengerin jawabanku cuma angguk-angguk kepala entah ngerti entah bingung. Emangnya aku pikirin. Cuma Frater Danny yang senyum kepadaku tanda mengerti ...kalo ini cuma guyonan...

Karena alamat sudah ketemu dan frater sudah disambut di lingkungan, lalu aku pamit pulang ke posko untuk laporan, maklum waktu itu ngga ada HP sehingga semua harus dijalankan dengan laporan tatap buka.

"Lho, kokh frater malah pulang ke pastoran? Bukannya harus menginap di rumah kami?" tanya salah seorang warga.
"Ndak, Bu! Kami memang diutus selalu berdua-dua, namun kali ini sama Yesus boleh kokh kalo cuma berangkatnya aja. Soalnya saya harus mengantar teman yang lain ke lingkungan seberang jalan," jawabku agak nyantai karena memang suasananya penuh keakraban.
Kutinggalkan frater Danny dengan satu pesan : "Tolong jaga manusia ini jangan sampe lecet trus perhatikan baik-baik karena suka gigit kalo malem hari......"
"Hahahahaha....." Suasana tambah riuh.

Satu bulan setelah kejadian itu, tiba-tiba aku disapa oleh seseorang yang aku ngga ingat siapa dia, katanya : "Selamat pagi, Frater! Kokh ada di sini, lagi liburan yach"
"Hah...! aku kaget setengah mati. Kenapa aku dipanggil frater yach...." dalam hati. Baru kusadari kejadian waktu itu. Pasti orang ini ada di sana saat itu.
"Mati aku...!" kataku dalam hati. Matiin pasaran aja ini orang..."

Setelah kejadian itu terus terang aku ngga nongol-nongol di Mudika hampir setahun. Biar semua orang melupakan peristiwa menggelikan itu dulu baru muncul lagi. Sebutan frater memang benar-benar beresiko, bikin aku mati kutu.

"Klerus...hm...hm... rasanya aku sudah lama menguburnya dalam-dalam.
MATEMATIKA KUCLUK
Mungkin sudah menjadi garis hidupku bahwa aku tidak akan sukes atau mendapat rejeki dari hasil undian atau door prize. Setiap ada undian apapun yang diselenggarakan dan aku ikut serta di dalamnya, jangan harap aku akan mendapat hadiah dari undian itu. Ini sudah teruji selama bertahun-tahun dan memang aku tidak hoki untuk model rejeki seperti ini. Judi juga termasuk dalam golongan ini.

Pernah suatu kali jaman SMP dulu, aku main judi kiu-kiu dengan gaplek atau remi. Gilanya lagi aku lakukan setelah pulang sekolah dan biasanya pada hari sabtu dengan tempat yang selalu berpindah-pindah. Kenapa musti hari itu dan kenapa harus pindah-pindah, aku sendiri lupa dengan perjanjian yang disepakati. Mungkin ini demi pertimbangan akan keselamatan dan ekonomis saja di mana kalau judi setiap hari bisa-bisa melayang juga uang SPP.

Dasar memang bukan dari sini hokiku, maka berapapun uang yang dipakai judi kiu-kiu selalu pulang dengan ludes-des tak bersisa. Malah untuk ongkos pulang ke rumah aja terpaksa pinjam teman. Malang nian nasibku waktu itu.

Bosan main judi, pindah ke taruhan tebak nomor. Yang terkenal waktu itu adalah judi toto atau nalo namanya lalu Undian Harapan kemudian ganti nama jadi SDSB. SDSB belum ditutup muncul lagi Porkas untuk tebak huruf. Kalo dipikir-pikir, judi model begini memang agak gendheng juga di mana kita sebenarnya sudah tahu bahwa nilai probabilitasnya itu kecil sekali tetapi tetap saja doyan taruhan angka. Benar-benar gendheng dibuatnya karena untuk nebak at least 2 angka saja kita mempunyai nilai probabillitas 1 per 100. Semakin banyak angka ditebak, semakin kecil nilai probalbilitasnya dan semakin kecil juga peluang untuk menang.

Tetapi namanya juga judi, cara apapun dilakukan demi mencari kecocokan nomor yang ditebak. Dari kutak kutik angka hingga menerjemahkan arti mimpi ke dalam angka lalu dikutak sana dikutik sini sehingga muncul angka andalan. Yang namanya angka andalan inipun belum 100% dapat diandalkan. Masih butuh masukan dari berbagai sumber entah orang lain yang jago tebak atau dari koran. Aku ingat benar bagaimana setiap minggu selalu cari koran “Swadesi” untuk cari-cari tafsir angka. Kolom kartun “Jhoni” waktu itu menjadi acuan menafsir angka karena ucapan-ucapannya yang terkesan menyiratkan sesuatu tebakan angka yang sah-sah saja untuk ditafsir bebas sesukanya.

Pola kegendhengan ini terkadang bisa muncul dengan tiba-tiba manakala ada kejadian luar biasa disekitarnya yang selalu dikaitkan dengan angka. Yang sering terjadi adalah ketika ada kecelakaan mobil atau motor, yang pertama kali dilakukan adalah mencatat plat nomornya. Ini bukan membantu penyidikan polisi lho tetapi angka ini kelak akan dikutak-kutik jika pertolongan sudah dilakukan. Kadang niat pertolongan bisa saja terlupakan kalau ‘dead line’ pasang nomornya sudah diujung tanduk. Nah lho, ini pertanda apa yach..?

Siapa yang pernah menanyakan nomor undian kepada orang gila? Untung aku sudah sadar kalo kelakuan itu sebenarnya tergolong gila juga. He..he..he..!

PRIMBON “KITAB” JUDI
Jika semua informasi sudah diperoleh dan cukup untuk ditebak maka yang bisa mengadili orat-oret angka ini adalah primbon judi. Primbon kitab judi dipakai untuk ‘mengadili’ nomor mana yang baik dan mana yang tidak baik. Primbon judi berisi gambar-gambar dengan nomor dan teysennya yang selalu berpasangan. Primbon ini menjadi bacaan rutin setiap minggu dan benar-benar diharapkan mampu mengadili nomor untuk dipasangkan. Kenapa aku namakan kitab? Karena fungsinya memberikan arahan ‘yang benar’ untuk kaum penjudi. Meski ini bukan bermakna bersih atau yang patut disucikan, tetapi hampir semua penjudi punya dan isinya sampai sekarangpun tetap sama. Tidak ada yang berani mengganti-ganti gambar dan nomor sesuka hatinya karena kata orang kalo sumber primbonnya tidak benar hampir dipastikan hasilnya ngaco. Terbukti, semua buku-buku yang berisi tebak nomor ini baik gambar dan nomornya selalu sama tanpa ada yang berani merubahnya. Untung saja ini ngga ada hubungannya dengan agama sehingga orang yang mempunyai buku primbon judi palsu bisa dibilang sesat. Atau jangan-jangan ada juga penjudi sesat? Huahahaha... Semua penjudi memang sesat, khan?

Baik toto, undian harapan, SDSB, Porkas dan sekarang togel, tidak sedikitpun memberikan sumbangan rejeki yang menggiurkan, setidaknya buatku. Uang selalu habis, angka tak bisa akurat ditebak. Begitu setiap minggunya. Meski terkadang frustasi juga manakala segala jurus matematika dikeluarkan tak bisa menandingi teknik matematika kucluk ini. Judi togel memang bermain dengan angka dan matematika tetapi bukan matematika ilmu yang sebenarnya. Luar biasa memang, matematika kucluk mampu menampilkan perilaku yang sama dari penggemarnya seperti aku dulu, yang benar-benar kucluk.

Friday, May 12, 2006


SEJARAHWAN KUCLUK

Mempelajari sejarah memang hobbiku sejak kecil. Aku ingat waktu masih kelas 4 SD ada buku pelajaran Ilmu Hayat (IPA) kelas 6 yang ngga sengaja kubaca. Cukup interesting juga karena isinya tentang banyaknya penemuan-penemuan bidang ilmu hayati yang nggak aku ketahui di kelas 4. Dari buku itu lalu aku iseng buat semacam daftar atau listing tentang semua penemuan-penemuan yang pernah ada dan masih ada hingga kini. Lumayan, waktu itu dapat sekitar 10 orang penemu dan kuteruskan hingga kini menjadi 15 lembar halaman folio yang terus ku update hingga kini. Ide kurang kerjaan menurutku karena tokh hingga kini ngga bisa aku pakai dalam dunia kerja.

Selain itu, aku dulu paling hafal nama-nama raja kerajaan di Indonesia dari Kutai hingga Mataram Islam atau dari legenda Tunggul Ametung hingga Ario Penangsang. Kalo sekedar mengulas singkat, mungkin aku masih bisa nyambung hingga saat ini.

Waktu SMP dulu, pelajaran Sejarah paling aku kusukai. Bayangkan semua jenis perang pernah aku baca dan aku pelajari. Bagaimana Jepang bisa maju berkat restorasi Meiji, bagaimana Amerika yang sebenarnya antara selatan dan utara yang berbeda bisa menjadi satu, kenapa Inggris dan Perancis itu sampai sekarang 'sebenarny'a masing menyimpan sakit hati. Mbesuk aku akan tetap terus baca tentang Indonesia, bagaimana yang dulu satu sekarang kepingin pisah sendiri-sendiri, atau bagaimana rontoknya Indonesia ditangan kroni-kroninya Suharto.
Suatu ketika, entah hari dan neptu apa aku sendiri lupa, Prisca, anak gadisku yang ayu nan pinter itu bilang begini sama aku : "Pa, aku udah baca majalah Bee Magazine yang papa beli lho. Di situ ada sejarah pesawat luar angkasanya Amerika yang berhasil mendarat dibulan tanggal 20 Juli 1969"

"Ya, begitulah Amerika. Negara besar dengan kemampuan yang besar juga." kataku menanggapi ulasan anak kelas II SD yang lugas. "Kamu juga bisa seperti itu kalo mau maju"
"Kepingin sih, tapi bukan itu yang mau aku tanyain" katanya lagi
"Lho, mau tanya apa?"
"Dulu Papa pernah cerita kalo yang mendarat di bulan itu ada orang Indonesianya juga, namanya Slamet. Kokh di majalah itu ngga diceritain. Malah cuma 2 orang yang mendarat di bulan yaitu Neil Amstrongs sama Edwin Aldrin. Trus, Slametnya kemana???
"Hah! Masak iya Papa pernah cerita itu ke Prisca??" Jawabku agak kaget.

"Ngga tahu! Papa inget ngga??"
Giliran aku yang garuk-garuk kepala. Mungkin pernah aku cerita semacam itu tapi itu untuk konsumsi canda dan ngga serius. Tapi anak ini rupanya selalu menyerap apa saja dengan apa adanya. Aku ingat, waktu itu aku cerita bahwa ternyata yang mendarat di bulan itu ada 3 orang lho dan salah satunya orang Indonesia, namanya Selamat. Nih ceritanya, "Neil Amstrong dan Edwin Aldrin berhasil mendarat di bulan dengan Selamat". Rupanya cerita ini yang masuk di kepalanya. Luar biasa! Ketika aku sudah lupa kapan aku cerita, tapi anak ini mematrinya hingga kini.

Secara tidak langsung, aku sudah merusak sejarah di kepalanya. Ini berbahaya. Sama bahayanya dengan cerita kepahlawanan Suharto pada Serangan Fajar-Yogyakarta atau G30S PKI - Jakarta yang porsi sejarahnya tidak seimbang sehingga akupun sempat berdecak kagum sama dia meski ini baru kutahu bahwa itu ternyata rekayasa sejarah yang keblinger.

Sejak kejadian itu, aku mulai hati-hati menerangkan sesuatu yang ditanya oleh anakku dalam kondisi apapun agar tidak membelokkan cerita sedikitpun. Andai tak pernah diluruskan, akan seperti apa cerita tentang ini untuk generasi berikutnya. Menjadi sejarahwan untuk dirinya sendiri akan menjadi sulit ketika harus berhadapan dengan orang lain yang mencari kebenaran. Jangan jadi kucluk untuk cerita tentang kebenaran.