Thursday, January 22, 2009

SECUIL PIDATO OBAMA - Sebuah refleksi untuk kita.


"....Bagi para pemimpin dunia yang berusaha menanam bibit konflik, atau menyalahkan dunia Barat atas kesulitan-kesulitan yang dialami masyarakatnya, ketahuilah bahwa rakyat Anda akan menilai Anda pada apa yang Anda bangun, bukan pada apa yang Anda musnahkan. Bagi mereka yang hendak menggenggam kekuasaan melalui korupsi dan kekejian dan membungkam orang yang tidak setuju pada kebijakan mereka, yakinlah bahwa kalian berada pada sisi yang keliru, tapi kami akan mengulurkan tangan jika kalian tidak lagi mengepalkan tinju..."

Ini adalah sepenggal paragraf pidato Obama dalam inagurasi pelantikannya sebagai Presiden Amerika ke-44 tanggal 20 Januari 2009. Cukup menarik untuk dikaji karena selama ini kita yang paling gencar untuk berusaha menantang kebijakan AS terhadap dunia (Islam, khususnya) manakala ada pergesekan yang berujung merugikan kelompok yang kita perjuangkan.

Belum lama ini ketika agresi militer Israel menggempur Gaza selama hampir sebulan (sejak 27 Desember 2008 hingga 19 Januari 2009), Indonesia paling ngotot untuk urusan tantang-menantang. Banyak macamnya, misalnya : memboikot produk AS, memboikot produk Israel, membakar bendera, demo di kedutaan, dsb. Cukup baik pula jika tidak diakhiri dengan sikap anarkis.


Kita menjadi seperti bangsa yang (sudah) tidak memiliki budi pekerti atau mungkin sudah kehilangan sama sekali sikap ramah yang dulu pernah disandang selama berabad-abad. Jika mau bercermin diri, kita ini seperti bangsa yang tidak memiliki karakter yang patut disejajarkan dengan bangsa lain manakala kita kehilangan daya berpikir logis dan lebih mengedepankan emosi yang meluap-luap. Inikah bangsa yang disebut 'macan tidur?"

Mari segera bercermin diri mengapa kita menjadi demikian berubah? Kita memang bangsa besar (karena wilayahnya), tetapi bukan bangsa yang (bersedia) berbesar hati menerima atas segala keterbatasan kita.

Kembali ke petikan pidato Obama di atas bahwa konflik terhadap barat (AS/Eropa) adalah cermin ketidakmampuan pemimpin dunia terhadap apa yang dibangunnya. Nah lho! Bagaimana nih dengan Indonesia? Ada benarnya juga sih. Lihat aja! Kita ini bisa sedemikian berubahnya karena kita tidak berhasil membangun manusia Indonesia yang baik. Setiap kekurangan adalah kesalahan orang lain bukannya berusaha berbenah diri. Ini adalah sebuah refleksi yang bagus untuk kita. Tinggal bagaimana kita mau menanggapinya. Jika penuh emosi, boikot sana boikot sini, bakar sana bakat sini maka akan selamanya kita menjadi bangsa yang 'termehek-mehek' walau hanya sekedar duduk berdampingan dengan mereka.

Karenanya Anda akan tahu harus memilih siapa untuk memimpin bangsa yang sudah termehek-mehek untuk bersikap kritis tetapi tidak urakan. Memilih partai mana yang punya sikap kritis tetapi bukan tarzan yang ikut boikot-boikotan.

Siapa saja mereka, itu bukan urusan saya!

0 komentar: