Perjalanan cintaku bersama Ningrum hampir menemui titik akhir. Ketika semua orang tak mampu memberi jawaban yang pasti di mana dia berada, itu artinya titik akhir sudah berada di ambang tuntas. Selamat tinggal atau selamat jalan untukmu Ningrum!
Kembali ke Jakarta dengan sejuta perasaan gundah, kecewa, dan frustasi. Memang tidak masuk di akal hanya karena cinta dunia serasa mati. Di sinilah logika dan perasaan saling berperang, siapa kalah akan menentukan hasil sebuah perjalanan hidup. Ketika perasaan tergundah airmata seperti meluap ingin muntah dari pelupuk mata, tetapi ketika logika tergundah bisa menjadi gila.
Aku melamun dalam perjalanan kereta malam Semarang - Jakarta setelah air mata terkuras habis di tanah Temanggung, di bukit Menoreh. Tak terasa apakah ini mimpi atau kenyataan, bau kota Jakarta yang busuk tercium di sela-sela kaca kereta yang pecah. Jumpa lagi Jakarta setelah sekian lama ku tinggalkan baumu tetap tak berubah.
Bagiku, kini Ningrum adalah masa lalu. Aku tidak sempat menenun benang-benang cinta bersamanya. Semestinya benang-benang itu menjadi sebuah kain yang bagus dan kelak akan akan terlukis sebuah perjalanan cinta maha dahsyat. Namun apa lacur, sebuah kini tinggal kenangan.
Saturday, October 16, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment