Dua atau tiga dekade lagi, hidup di Indonesia rasanya akan jadi sangat mengerikan, khususnya buat kaum minoritas agama dan minoritas ganda (agama+ras). Betapa tidak? Bibit-bibit kekerasan atas nama agama sejak Order Baru hingga sekarang tidak kunjung padam. Kian hari kian mengerikan.
Aku adalah bagian dari minoritas itu. Andaikan aku bisa mencapai hidup 3 dekade lagi, yang kubayangkan adalah bagaimana aku harus bisa bertahan di tanah airku sendiri, di mana moyangku ikut membesarkan tanah dan air ini dengan darah dan keringatnya? Apakah mungkin aku bisa hidup di negeri orang-orang asing yang tak pernah dipijak moyangku? Ingat! Aku akan berusia 70 tahun saat itu, saat aku harus bersiap untuk menyatukan raga di tanah air ini.
Jangan berharap pada negara apalagi aparat negara yang adalah manusia Indonesia juga. Karena mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika masyarakat sedang menabur bibit-bibit kekerasan. Ketika masyarakat Indonesia sedang 'sakit' maka produk-produk aparatnya juga sakit. Memangnya mereka asalnya dari mana?
Saat ini ladang-ladang sudah dibajak dan bibt sudah ditabur.
Ya..!Ladang-ladang kekerasan atas nama agama sedang ditabur di tanah air ini.
Tetapi kelak penuai pasti sudah mulai lupa apa yang ditaburnya ketika panenan itu gagal? Adakah orang yang menabur batu akan menuai padi?
Aku hanya bisa berharap lewat doa-doa kepada Sang Khalik agar aku bisa menikmati suasana hidup yang nyaman dan aman di tanah airku ini.
(Jakarta, Bom Natal 2000)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment