Thursday, June 12, 2008

APAKAH ENGKAU TANAH AIRKU, INDONESIA

"...Indonesia tanah airku..."
Sepenggal kalimat dari lagu Indonesia Raya ini tentu tak akan pernah lupa jika kita menyanyikannya. Jika di negeri orang dan kita mendengar lagu ini, spontan bibir kita akan mengucap kalimat demi kalimat dalam bait-bait lagu tersebut. Terkadang jika penghayatan lagu ini sudah sampai pada titik patriotik yang tinggi, jangan salahkan lagunya jika air mata mengalir karena rasa haru. Siapa yang tidak bangga menjadi putra pertiwi tatkala lagu itu terdengar nun jauh di sana di tempat di mana kita jauh dari ibu pertiwi.

Aku mencoba memaknai kalimat ini lebih dalam lagi dalam sanubariku dan tentunya dengan caraku sendiri. Rasanya ada yang salah dengan kalimat itu tapi entah apanya yang salah.

Jauh memandang negeri ini dari ujung Sabang hingga batas Merauke, Indonesia memang sungguh kaya dan luas. Dulu konon kata orang tua kita, bangsa Indonesia itu terkenal dengan keramahtamahannya dan halus tutur bahasanya. Konon pula, kata orang yang sama, Indonesia itu negara maritim yang mampu menjajah bangsa lain hingga tepi timur Afrika (Madagaskar), Asia Tenggara, Campa, hingga Papua.

Dibandingkan dengan kerajaan Malaysia waktu itu, Indonesia masih terlalu kuat hingga Malaysia bisa digagahi selangkangannya lewat pendudukan Majapahit pada abad 15M. Kalau hanya sekedar ingin 'mengencingi' Malaysia pada jaman Sukarno di tahun 1960an, pada jaman Majapahit malah sudah 'berak' di Malaysia tanpa mampu menghapus bekas tahinya.

Itu dulu yang cuma tinggal sejarah. Indonesia rupanya bukan Majapahit meski semua simbol Majapahit numpuk digunakan untuk membangun rasa patriotik Indonesia. Masih ingat dengan pepatah : "Gemah ripah Loh jinawi"?. Saat ini, di tahun 2008 ini, ketika semua anak bangsa kehilangan identitas diri, pepatah itu bisa akan menjadi :"Gemah Ripah Kokh Mateni". Yuk kita lihat bedanya dengan jaman dulu :
1. Bangsa ini sudah tidak ramah lagi ketika inkulturasi budaya asing, entah barat entah timur tengah, mulai mengikis keramahtamahan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
2. Welas asih yang jadi ciri masyarakat Indonesia sudah hilang dengan besarnya Ego dan tak peduli dengan orang lain
3. Manusia Indonesia sudah tidak saling menghargai satu sama lain hingga atas nama SARA boleh menghancurkan yang lemah.
4. Masih banyak
5. Terlalu banyak.

Anehnya, negara tidak melihat itu sebagai indikasi akan hilangnya jati diri bangsa dengan membiarkan semuanya terjadi.

Aneh.... aku yang ada dalam kelompok kecil dan minoritas ini terus mengkaji ulang akan makna "Indonesia Tanah Airku".
Apakah engkau sungguh-sungguh tanah airku, Indonesia??
Apakah engkau bisa menjadi tanah airku, Indonesia??
Apakah engkau memang Indonesia bagiku???

Monday, June 09, 2008

YESUS JANGAN TURUN-TURUN DULU YACH

Memandang salib corpus Yesus yang 'ngglantungan' di setiap dinding tembok property-nya orang Katolik mengingatkan aku akan kisah dua penjahat Dismas dan Gesmas. Gesmas ini benar-benar 100% penjahat tulen yang sampai mampus aja masih bangga jadi penjahat. Berbeda dengan Dismas yang kapok setengah mati di ujung salibnya. Dia tobat jadi penjahat karena dia pikir, udah usaha ke sana ke sini jadi penjahat tetap aja nasibnya jelek terus maka daripada nasib paling akhirnya juga jelek mending tobat aja dech. Duduk di emperan surga mungkin lebih baik daripada masuk neraka, pikirnya.

Terus apanya yang bisa diingat dari kisah itu???
Dismas dan Gesmas adalah gambaran manusia di dunia yang serba hitam dan putih, dosa dan suci, salah dan benar, kafir dan agamis, dsb. Bos besarnya sudah jelas, Lucifer di sisi hitam dan Tuhan di sisi putih. Terserah mau ditafsirkan seperti apa. Kenyataannya adalah dua geng ini sudah ada sejak penciptaan dunia. Tinggal kita-kita ini mau pilih geng mana??? Semua pilihan akan mendapat rewardnya.

Hitam - putih dan dosa - suci ibarat sebuah pertandingan dalam pemilu. Sayangnya kita ngga bisa menghitung berapa hasil sementara hingga umur bumi ini sudah uzur. Kalau nanti pengikut Lucifer mendominasi perolehan suara maka akan dipastikan terjadi perluasan area neraka karena daya tampung neraka sangat minim sementara surga akan kosong melompong. Di pihak lain Tuhan juga ngga mau kalah. Dia harus menang donk. Dia tidak ingin kerajaanNya kosong dengan rakyat yang sedikit.

Kalau posisi perolehan masih bisa dimenangkan Tuhan, maka Yesus ngga perlu turun dulu. Tapi kalau Lucifer bisa menyusul di tingkungan dengan akal bulusnya sehingga posisinya hampir menyamai perolehan suara Tuhan maka saat itulah Yesus bersiap-siap terjun payung dan inilah akhir dunia itu.

Jika demikian, apakah saat ini dunia sedang akan dihancurkan karena posisi orang berdosa semakin meningkat hampir menyamai jumlah penghuni surga? Jika ini adalah tanda-tandanya sebaiknya kita cepat-cepat ganti surat suara dan memilih Tuhan biar Yesus ngga turun-turun dulu. Kalaupun sudah terlanjur diterjunkan setidaknya kita masih bisa duduk diemperan surga nemenin Dismas.