Tuesday, July 27, 2010

NINGRUM, CINTAILAH AKU!

Ini adalah perjalananku ke tiga ke Bukit Menoreh. Jalan berbukit menanjak dan menurun melewati kebun-kebun tembakau terasa menyulitkan. Beruntung jalan-jalan antar desa kini sudah beraspal seandainya tidak, maka entahlah apa aku sanggup mengejar Ningrum hingga dibalik bukit itu?

Aku kenal Ningrum 5 tahun yang lalu. Perempuan desa yang aku kenal di sudut kota Jakarta. Dia mencoba bertaruh nasib di kota besar ini dengan bekerja menjadi
pelayan kantor. Wajahnya cantik, oh tidak! Menurutku dia ayu. Kulitnya putih, rambut ikal dan tinggi 165 cm. Dia pantas disejajarkan dengan Dian Sastro selebritis kondang itu, tapi rupanya nasib tidak berpihak padanya.

Sejak lima tahun lalu aku sebenarnya suka padanya. Pekerjaan pelayan kantor tidak cocok dengannya. Rasanya pas kalo dia itu jadi sekretarisku aja. Kemampuan berpikir di atas rata-rata ini menunjukkan bahwa dia pintar sejak di sekolahnya. Hingga suatu ketika dia pulang ke kampungnya dan tidak kembali lagi.

Saat itu aku sudah cinta mati padanya. Maka kucoba untuk mencurahkan isi hatiku sepenuhnya pada makan malam di cafe Semanggi.
"Aku cinta padamu, Ningrum!" hanya itu kata-kata yang kuingat. Setelah pertemuan itu, dia menghilang tidak bekerja lagi hingga saat ini.

Sekarang aku di bukit Menoreh mencari Ningrum yang menghilang tanpa kabar berita. Dan ini adalah perjalananku ke-3 mencari dia, Ningrum gadis bukit Menoreh yang ayu untuk kucintai.