SULITNYA MEMAHAMI EXTRA ECCLESIA NULLA SALUS ESTThread mengenai Extra Ecclesia Nulla Salus Est memang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Selalu saja ada yang bertanya, menjawab dan berbeda pendapat. Itu wajar saja. Yang penting tetap konsisten saja sehingga tidak menimbulkan kekacauan berdiskusi.
Saya jadi ingat dengan tulisan Romo Dr. Petrus Maria Handoko, CM, seorang dosen dan teolog STFT Widya Sasana Malang, yang judulnya :"Beriman kepada Kristus yang sungguh Allah, sungguh manusia, di tengah umat beragama lain".
Dalam pengantarnya dijelaskan bahwa hidup dan beriman di tengah umat beragama lain, menantang kita untuk mengerti iman kita TIDAK hanya terbatas pada pengertian intern Gereja. Maka berkaitan dengan itu, ada dua hal yang menjadi pokok pembahasan thread Extra Ecclesia Nulla Salus Est ini yaitu "beriman kepada Yesus Kristus" dan "di tengah umat beragama lain"
"Beriman kepada Yesus Kristus" merupakan bagian yang berkaitan dengan apa yang diwariskan oleh para rasul dari pengalaman pertemuan mereka dengan Yesus, dan apa yang dilakukan Gereja untukmeneguhkan ajaran kebenaran yang diterima dari Yesus. Sedangkan "di tengah umat beragama lain" berkaitan dengan bagaimana isi iman itu harus dimengerti dalam kaitan dengan umat beragama lain dan pandangan Gereja tentang agama-agama lain dalam seluruh rencana keselamatan Allah.
Saya tidak ingin memberikan komentar untuk hal yang pertama, tetapi kiranya bolehlah saya mencoba mengungkapkan pengertian saya tentang hal yang kedua yaitu :"ditengah umat beragama lain" khususnya bagaimana pandangan Gereja tentang agama-agama lain yang masih mengacu kepada tulisan Romo Petrus, CM tsb.
Sejak pasca konsili Vatikan II, pandangan Gereja tentang agama-agama lain banyak mengalami perkembangan meskipun harus disadari bahwa pasti ada saja kelompok-kelompok/aliran-aliran yang muncul berkaitan dengan cara pandang Gereja tersebut. Aliran-aliran tersebut adalah : eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralisme.
EKSKLUSIVISME berpendapat bahwa pengakuan eksplisit tentang Kristus dan Gereja diperlukan untuk keselamatan. Maka aksioma Extra Ecclesiam Nulla Salus menjadi senjata ampuh yang mematikan artinya penganut di luar Gereja (dan Roma) dipastikan tidak bisa selamat jiwanya sampai surga. Kalau mau hitung-hitungan maka yang jelas ngga masuk surga adalah leluhur kita sebelum masuk Katolik termasuk barangkali Abraham, Musa, Elia, dst karena mereka bukan anggota Gereja Katolik.
INKLUSIVISME berusaha menggabungkan pendapat ganda Perjanjian Baru yaitu kehendak universal Allah akan keselamatan dan finalitas Yesus Kristus sebagai Penyelamat universal. Aliran ini berpendapat bahwa misteri Yesus dan RohNya hadir dan bekerja di luar batas-batas Gereja, baik dalam hidup pribadi secara perseorangan maupun dalam tradisi religius yang dipeluk dan dipraktekkan oleh orang-orang itu. Maka bagi kelompok inklusivisme, posisi Yesus Kristus adalah jalan untuk semua orang.
PLURALISME berpendapat bahwa Allah telah mewujudkan dan menyatakan diriNya dalam berbagai cara kepada bangsa-bangsa yang berbeda-beda dalam situasi masing-masing. Finalitas Yesus dalam tata keselamatan tidak diterima sebab Allah menyelamatkan setiap orang melalui tradisi masing-masing sama seperti Allah menyelamatkan orang-orang Kristiani. Bagi kelompok ini, Yesus adalah jalan orang kristiani, tetapi masing-masing tradisi memberikan jalan untuk orang lain.
Magisterium Gereja Katolik menolak ekslusivisme dan pluralisme, dan menerima inklusivisme. Maka lahirlah banyak dokumen Konsili Vatikan II yang senada dengan aliran inklusivisme dalam hubungannya dengan agama-agama lain. Ini sangat ditegaskan dalam Lumen Gentium No.16, Ad Gentes No.3.
Memang Extra Ecclesia Nulla Salus Est tidak berubah hingga kini, namun ketika berbenturan dengan agama lain maka Extra Ecclesia Nulla Salus Est menjadi godam yang membunuh dirinya sendiri jika tidak memahami kehendak universal Allah atas nilai-nilai benih sabda Allah yang disemai dalam tradisi mereka. Karena Allah sendiri yang akan menuntun mereka kepada Kristus. Lihat Ad Gentes No.7
Hal ini senada dengan Gereja Orthodox dimana hingga kini merekapun tetap memegang keyakinan Extra Ecclesia Nulla Salus Est namun itu tidak berarti bahwa Gereja Orthodox menetapkan mereka yang di luar Kristen pasti masuk neraka tanpa kecuali. Ajaran tentang Extra Ecclesia Nulla Salus Est ini haruslah diimbangi dengan pemahaman tentang LOGOS SPERMATIKOS (Kalau di Katolik namanya Benih Sabda Allah) yang mana benih-benih itu tersebar di seluruh ciptaan Allah dalam budaya dan tradisi agama. Sehingga "Gereja' yang dalam pengertiannya adalah paguyuban umat yang disatukan dalam iman kepada Kristus itu, dapat pula hadir tanpa kita sadari dalam agama-agama lain , sehingga jika ada orang yang secara lahiriah bukan Kristen, namun karena taat kepada LOGOS SPERMATIKOS ini mereka kelak diselamatkan dan menerima kemuliaan Kristus dan dalam makna tertentu telah berada di dalam Gereja dan diselamatkan oleh Kristus. Keselamatan bagi mereka selalu ada apabila mereka dengan tulus mencari dan taat pada kebenaran, namun belum sempat menemukan Kristus secara penuh dan sadar.
Karena itu dalam Gereja Katolik, jika Extra Ecclesia Nulla Salus Est dipandang sama seperti kemunculannya diawal saat St. Siprianus mengatakan demikian, memang tidak jamani. Tetapi Extra Ecclesia Nulla Salus Est itu tetap ada dan hidup jika kita juga mau memahami Benih Sabda Allah yang tersebar di seluruh ciptaan Allah dalam budaya dan tradisi bangsa lain dalam makna tetap taat dan tulus mencari Allah. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, Gereja dipandang sebagai persiapan Injil.
Extra Ecclesiam Nulla Salus Est tetap ada dan diyakini dalam Gereja Katolik tetapi tidak bersifat eksklusivisme dengan mengatakan di luar kami kamu tidak punya apa-apa. Yang jelas kehendak universal Allah tidak bisa dibatasi oleh kemampuan berpikir manusia.